Paradigma Dalam Pengembangan Praktek Akuntansi di Indonesia

Akuntansi dapat dipandang sebagai praktek dan teori, hal ini pada akhirnya dapat bermanfaat pada berbagai bidang karena laporan keuangan digunakan sebagai pengambil keputusan. Akuntansi yang dipraktikkan dalam suatu wilayah negara merupakan suatu hasil rancangan dan pengembangan untuk mencapai suatu tujuan sosial tertentu. Praktik akuntansi tersebut tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti faktor sosial, ekonomi, politis, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan praktik akuntansi dalam suatu wilayah negara tertentu bisa tidak sama dengan praktik akuntansi di negara lainnya. Untuk melaksanakan suatu praktik yang baik, tidak cukup hanya mempelajari akuntansi secara praktik. Karena dibalik praktik akuntansi terdapat berbagai gagasan, asumsi dasar, konsep, penjelasan yang semuanya terangkum dalam teori akuntansi. Perkembangan praktek akuntansi di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ilmu akuntansi sendiri. Akuntansi dalam beberapa dekade terakhir mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ghozali (2004) membagi pergerseran akuntansi kedalam 3 dekade yakni perkembangan Teori Akuntansi Normatif, Teori Akuntansi Positif serta Pendekatan Sosiologi Akuntansi. Perkembangan ini berkaitan erat dengan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Pada awalnya akuntansi dikatakan sebagai sebuah seni dan media pencatatan transaksi keuangan perusahaan sehingga dikatakan sebagai sekadar alat pelaporan. Ketika terjadi riset gap antara teori akuntansi yang diajarkan di berbagai perguruan tinggi dan secara empiris berbeda dengan apa yang seharusnya terjadi menurut perusahaan, maka timbul pergeseran perkembangan akuntansi dari pendekatan teori akuntansi normative ke teori akuntansi positip atau paham positip. Dalam perkembangannya, teori akuntansi positif sampai saat ini masih mendominasi dalam penelitian akuntansi. Paham postivisme yang menyatakan akuntansi sebagai ilmu yang bebas nilai kemudian dikritik sehingga akuntansi bermetamorfosa dengan menggunakan pendekatan sosiologi yang sarat dengan nilai. Gozali (2004) menyatakan pendekatan sosiologi akuntansi adalah sebuah pendekatan yang menekankan pada pengaruh sosial yang timbul dari teknik- teknik akuntansi terhadap kesejahteraan sosial dilingkungan tempat akuntansi akan dioperasionalkan. Adanya perbedaan cara pandang terhadap ilmu akuntansi sebagai ilmu yang bebas nilai atau sarat dengan nilai, maka lahirlah sebuah pandangan yang berbeda-beda terhadap hakekat ilmu itu sendiri yang sering disebut dengan paradigma. Triyuwono (2013) menyatakan bahwa variasi pemahaman tersebut dikenal dengan istilah paradigma, yaitu sudut pandang seseorang atas suatu obyek. Paradigma penelitian ke dalam lima bagian yakni paradigma positip, paradigma interpretivis, paradigma kritis, paradigma posmodernis dan paradigma spiritualis. Paradigma-paradigma yang dibangun oleh para peneliti tersebut merupakan ilmu pengetahuan yang berbasis mulitparadigma. Menurut pendapat saya, paradigma yang paling cocok untuk pengembangan praktik akuntansi di Indonesia adalah paradigma secara holistik atau menyeluruh. Hal ini berarti untuk dapat memahami realitas praktik akuntansi, kita dapat memandang dari berbagai sudut pandang (multiparadigma). Dengan adanya ilmu pengetahuan yang berbasis multiparadigma maka segala masalah yang terdapat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengembangan praktek akuntansi dapat diselesaikan dengan berbagai pandangan, tidak hanya cukup dengan satu pandangan. Suatu permasalahan dalam ilmu pengetahuan yang hanya diselesaikan dengan satu pandangan mungkin dianggap benar dalam salah satu pandangan. Akan tetapi mungkin menurut pandangan orang lain permasalahan tersebut belum bisa dipecahkan. Pentingnya pondasi utama dalam berpikir multiparadigma yaitu meyakini adanya kebenaran relatif. Dengan pengembangan praktik akuntansi berbasis multiparadigma, maka paradigma–paradigma yang ada tidak akan saling menjegal atau menyatakan sayalah paradigma yang paling cocok dengan meniadakan paradigma yang lain. Akan lebih bagus lagi semua paradigma saling berinteraksi atau bersinergi sehingga menghasilkan suatu kekuatan. Triyowono (2006) menyatakan sebagai sinergi oposisi biner. Dalam konsep agama Hindu, bersinerginya dua kekuatan yang berlawanan disebut dengan Rwa Bhineda. Rwa Bhineda diambil dari bahasa Bali yang artinya adalah perbedaan yang mengatur keseimbangan dunia. Seperti contoh kalau ada hal baik, tentu ada juga hal yang buruk. Begitu pula kalau ada malam, akan diseimbangkan dengan adanya siang dan kalau ada kanan, akan diseimbangkan oleh adanya kiri. Keseimbangan ini sangat perlu dan dipercaya sebagai tujuan dari hidup, yakni mencapai titik seimbang yaitu titik Nol yang tidak kosong, namun Nol yang penuh isi. Dengan pencapaian titik itu, dipercaya akan mencapai kebahagiaan yang abadi, dimana atman akan menyatu dengan Tuhan. (http://rwabhineda.com/). Tuhan menciptakan dunia ini dengan keanekaragamannya. Gunung, Laut, Langit, Manusia, Binatang, dan sebagainya. Dari semua ciptaan beliau, ada suatu hal yg unik jika kita perhatikan. Beliau menciptakan suatu perbedaan dari benda ataupun karakter. Ada baik ada jahat, ada atas ada bawah, ada kanan ada kiri, ada utara ada selatan, ada pria ada wanita, dan lain-lain. Semuanya mempunyai opposite side. (http://bali-tourguide.blogspot.com/2007/05/rwa-bhineda-sebuah-konsep-keseimbangan.html). Rwa (Bineda; Bhineda) adalah dua sifat yang berbeda yaitu adanya :siang dan malam,Surya Candra,purusa dan pradana, ada sifat yang baik dan ada yang buruk, benar – salah, positif - negatif, dan lain-lain. Kedua unsur ini masing - masing disebutkan bermula ketika alam semesta ini diciptakan pertama kali oleh Sang Hyang Widhi Wasa sehingga di alam semesta ini terdapat dua sifat berbeda - beda tersebut dan selalu mewarnai alam ini sebagaimana disebutkan dalam mitologi caru maka diperlukan hal - hal untuk dapat menetralisirnya. (http://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/05/rwa-bineda.html) Dari konsep rwa-bhineda konsep ini, akan memperkuat pondasi pengembangan praktik akuntansi berbasis multiparadigma. Dengan beraneka ragamnya paradigma, pada akhirnya akan memberikan suatu keseimbangan dan akan memperkuat basis penelitian terutama untuk pengembangan praktek akuntansi di Indonesia. Dengan adanya ilmu pengetahuan yang berbasis multiparadigma maka suatu permasalahan yang ada tidak hanya diselesaikan dari satu paradigma yang dianggap banyak kalangan dapat memecahkan semua masalah, akan tetapi perlu juga memecahkan masalah yang ada dengan menggunakan berbagai paradigma yang terdapatnya perbedaan hasil dalam pemecahan masalahnya. Selain itu, dengan adanya ilmu pengetahuan yang berbasis multiparadigma maka ilmu pengetahuan yang ada dapat berkembang lebih luas. Tidak terkotak dalam satu mindset yang terbungkus rapi. Yang tidak bisa dibongkar atau dikelola lebih baik. Tetapi lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan tersebut yang dipandang dari beberapa paradigma. Karena menurut penulis suatu ilmu pengetahuan yang hanya dipandang dari satu sudut dalam proses pengembangannya akan tidak berkembang. Misalnya suatu ilmu pengetahuan dalam hal ini akuntansi, hanya dipandang dari paradigma positif, maka sesungguhnya akuntansi tersebut tidak akan berkembang. Karena akuntansi bukan hanya sekedar pencatatan maupun pembuatan laporan keuangan, tapi akuntansi dapat lebih berkembang. Perkembangan ilmu akuntansi tidak hanya sebatas pada financial accounting atau yang berbasiskan pada angka. Akan tetapi terdapat aspek-aspek lain di luar angka yang dapat mempengaruhi perkembangan praktek akuntansi tersebut misalnya psikologi, politik, budaya, sosiologi maupun aspek-aspek lain yang di luar angka-angka tersebut. Sungguh sangat naif jika kita beranggapan bahwa suatu ilmu pengetahuan hanya bisa dikembangkan melalui satu paradigma saja. Sehingga menurut penulis ilmu pengetahuan berbasis multiparadigma perlu dikembangkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengembangan praktek akuntansi di Indonesia. Dikarenakan suatu pemecahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tersebut tidak hanya bisa dikembangkan dari satu paradigma, akan tetapi harus menggunakan berbagai paradigma. Sehingga bisa menjadi dasar pertimbangan bagi berbagai kalangan terhadap ilmu pengetahuan tersebut dalam hal ini pengembangan praktik akuntansi.
Referensi:   
Ghozali,Imam. 2004. Pergeseran Paradigma Akuntansi Dari Positivisme Ke Perspektif         Sosiologis    Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Akuntansi di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar . Universitas Diponogoro. Semarang.    Triyuwono, Iwan. 2006.
 Perspektif, Metodologi, Dan Teori Akuntansi Syariah. Edisi Satu. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.    -----------------------, 2013.
 [Makrifat] Metode Penelitian Kualitatif [Dan Kuantitatif] Untuk    Pengembangan Disiplin Akuntansi. SNA XVI, 25-27 September 2013, Manado.
 http://bali-tourguide.blogspot.com/2007/05/rwa-bhineda-sebuah-konsep-keseimbangan.html    (Diakses Tanggal 9 Januari 2014).
 http://rwabhineda.com/ (Diakses Tanggal 9 Januari 2014)    http://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/05/rwa-bineda.html. (Diakses Tanggal 9 Januari2014)

 posted by Gung Amla - Non Reguler FE Unwar
PENGUMUMAN PENTING : =======>>> Kepada Mahasiswa Angkatan Tahun 2015 Kelas Non Reguler FE Unwar Bahwa Ada Pemecahan KELAS Menjadi E8 dan E9, Daftar Dapat Di Unduh Pada Pengumuman Jadwal Kuliah.